Salam Adalah Obat Perselisihan

Islam sangat damai dengan salam. Foto: pexels.com

Hidup bersosial tentu memiliki resiko perselisihan. Sebabnya pun bisa beragam; dari masalah remeh, salah komunikasi, salah paham, kebencian, dendam kesumat, perebutan pangkat, cinta yang kandas di tikungan, dan lain sebagainya. Hal ini biasa terjadi antar teman, tetangga, rekan kerja, dan bahkan di tubuh keluarga sendiri. Maka bagaimanakan Islam menjawab hal ini?

Mengelus dada, merajut asa, dan meleburkan diri di dalam cinta-Nya!

Masalah perselisihan yang terus dibiarkan, bisa jadi melebur dan bisa jadi akan meledak pada momennya seperti bom waktu.

Ada satu solusi yang bisa meleburkan berbagai polemik perselisihan. Solusi itu adalah menjalin kembali komunikasi. Solusi ini memang tak gampang, pasalnya masalah sosial akan menimbulkan kesenjangan dan dendam. Termasuk di antaranya berjauhan, tiada lagi tegur sapa, dan sulit untuk mencairkan suasana yang seolah sudah membeku. Maka dari itu, menjalin kembali komunikasi atau merajut kembali hubungan sosial adalah hal positif  dan solusi yang harus dilakukan. 

Lalu bagaimana memulainya?

Salah satu caranya adalah dengan mengucapkan salam. Sebab salam ini adalah doa antara muslim satu sama lain. Semoga kalian selamat, dirahmati, dan diberkahi oleh Allah. Betapa indahnya persaudaraan ini terus berjalan dengan saling mendoakan. Bahkan terkadang secara tidak sadar terus diucapkan dan dilakukan, ternyata hal itu adalah upaya saling mendoakan dan menjaga keharmonisan sosial.

Masalah itu akan melerai dengan adanya kerendahan hati, serta tidak ada lagi keangkuhan. Kerendahan hati merupakan salah satu akhlaq terpuji yang ada dalam Islam. Dengan hal ini, umat Islam akan bersatu memperkokoh barisan, dan meretas keretakan dalam tubuhnya.

Nabi mengajarkan:

وَقَالَ ﷺ: اَلسَّلَامُ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَضَعَهُ اللهُ فِي الْأَرْضِ فَافْشُوْهُ بَيْنَكُمْ

Nabi bersabda, “As-Salam itu termasuk dari nama-nama Allah. Kemudian Dia turunkan ke Bumi, maka sebarkanlah salam di antara kalian!”

وَقَالَ ﷺ: رَأْسُ التَّوَاضُعِ اَلْإِبْتِدَاءُ بِالسَّلَامِ.

Nabi bersabda, “Pokok kerendahan hati adalah memulai ucapan dengan salam.”

Hukum mengucapkan salam adalah sunnah. Akan tetapi menjawabnya adalah wajib. Sebab hal itu merupakan hak bagi muslim yang memulai salam. Hak satu muslim atas muslim lainnya haruslah ditunaikan. Kita pun diajarkan untuk membalas dengan yang setara atau dengan yang lebih baik. Allah berfirman:

{وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا}.

“Apabila kalian diberi penghormatan, maka jawablah dengan yang lebih baik atau serupa darinya.” (An-Nisa 4: 86)

Dari sini kita bisa pahami bahwa jalan melerai kebekuan adalah dengan kembali menjalin komunikasi. Sebab tiada gading yang tak retak, begitu pula tiada manusia yang sempurna. Dan manusia tidak mungkin hidup sendirian, sebab ia pasti butuh orang lain. Bila butuh orang lain, maka kerukunan harus dijaga, dan bila ada masalah harus diselesaikan. 

Gimana enaknya masalah ini diselesaikan dengan kepala dingin dan saling mengelus dada. Bertolerasi satu sama lain, pasti ada jalan tengahnya. Salah satu jalan pemantiknya adalan ucapkan salam. 

Bravo brother fillah!


Syair:

Salam dalam Shalat


    Kala adzan dikumandangkan.

    Berbondong datangi dengan riang.

    Sebagai penikmat jiwa,

    menghadap Sang Maha Raja.

    Sebab jiwa ini hanya seorang hamba.


Pengepul amal pendamba ridha-Nya.

Berharap kembali, dengan hati bening.

Sebening embun pagi yang menunggu mentari.

Pelangi nan Indah di Hati.


    Berbaris dalam shaf berlapis.

    Lurus dan kokoh sebuah persaudaraan.

    Melaju bersama, kibarkan syiar.

    Tebar harumnya naungan Islam.


Mengangkat kedua tangan bersama.

Terucap takbir dari lisan.

Pengagungan kepada Sang Maha Agung.

Memulai perjalanan rohani menujuNya.


    Merunduk, tulang belakang serata air.

    Melihat ke tanah, asal manusia.

    Merenung sama-sama makhluk-Nya.

    Hingga tiada berlaku angkuh pada yang lain.


Bersujud, merendah di hadapan Sang Pencipta.

Sadari diri bukan siapa-siapa.

Menghinakan diri, memelas.

Memohon pada keadaan terdekat-Nya.


    Mengakhiri dengan salam.

    Salam membelah bagian bumi, kanan dan kiri.

    Saling mendoakan, kesejahteraan dan keselamatan.

    Untuk semua yang sama vertikal menyembahNya.

Bawah Tower (Tanjung Jaya, 6 Juni 2020)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh!

Posting Komentar

0 Komentar