Burung ini mudah diamati, sebab keberadaanya masih banyak dijumpai di halaman rumah yang ada pepohonan atau tanamannya. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia |
Selain bentuk fisiknya yang mungil, burung cinenen pisang (Orthotomus sutortus) juga tergolong burung yang cantik. Ukuran tubuhnya sekitar 10 sampai 11 cm. Karena seringnya berkicau sehingga keberadaan burung cinenen pisang ini mudah untuk ditebak.
Pada umumnya, burung cinenen pisang betina itu bisa mengerami telur sebanyak antara 2 sampai dengan 3 butir telur sekaligus dalam sekali melakukan perkawinan. Karena populasinya masih banyak dan sering dijumpai, sehingga keberadaan burung cinenen pisang kurang menarik perhatian para peneliti.
Ukuran tubuhnya kecil, sekitar 10 sampai 11 cm. Geraknya lincah berpindah dari ranting tanaman satu ke ranting tanaman lain. Saking lincahnya, kaki mungilnya itu selalu pas mencengkeram ranting kecil yang bergoyang-goyang karena terpaan angin.
Hanya berselang beberapa menit ,dia pun berpindah lagi ke ranting yang lain. Sesekali bertingkah lucu dikala mencari makan di dalam sebatang bambu yang dijadikan pagar. Kepalanya masuk, sehingga hanya terlihat badannya saja. Saat tidur pun kepalanya tidak terlihat, posisinya membulat seperti bola pingpong.
Dialah burung cinenen pisang, selain bentuk fisiknya yang kecil burung yang mempunyai nama latin Orthotomus sutortus juga tergolong burung yang cantik. ciri lain dari burung ini yaitu memiliki paruh sedikit agak panjang dan meruncing, sehingga sangat cekatan dalam memangsa pakan.
Burung ini mudah diamati, sebab keberadaanya masih banyak dijumpai di halaman rumah yang ada pepohonan atau tanamannya. Karena seringnya berkicau sehingga membuat burung cinenen pisang mudah untuk ditebak keberadaanya.
Secara keseluruhan burung cinenen pisang mempunyai warna tubuh terdiri dari warna kuning, putih dan hijau zaitun. Untuk tubuh bagian punggung dan kedua sayapnya sebagian besar mempunyai warna hijau zaitun. Sementara pada bagian bawah tubuhnya dimulai dari dagu, perut, dada hingga bagian pangkal ekornya berwarna putih dengan sisi tubuh abu-abu. Warna kuning juga terlihat menutupi bagian alis dekat matanya.
Kemudian di atas kepalanya seolah ada mahkota yang tampak berwarna merah karat, kekang dan sisi kepala keputihan dengan alis kekuningan. Tengkuk keabu-abuan.
Baca juga: Kedih, Primata Endemik Sumatera dan Habitatnya yang Terancam
Habitat burung cenenen pisang terbilang banyak. Diantaranya seperti di pekarangan rumah milik warga, area terbuka perbukitan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Musim Berbiak
Burung cinenen pisang merupakan sejenis burung pengicau dari suku Sylviidae. Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Common Tailorbird, itu karena kebiasaanya menjahit dedaunan sebagai sarangnya. Adapun dalam bahasa Jawa burung ini dikenal juga dengan sebutan burung prenjak, dalam bahasa Betawi disebut dengan burung cici.
Untuk berbiaknya burung cinenen pisang ini hampir terjadi sepanjang tahun, dimulai dari bulan September hingga bulan Januari. Selain itu juga akan berkembang biak pada bulan April. Sementara sarangnya tersusun dari kepompong, beberapa lembar daun kering dan jaring laba-laba, dan seringnya berada di permukaan tanah.
Pada umumnya, burung cinenen pisang betina itu bisa mengerami telur sebanyak antara 2 sampai dengan 3 butir telur sekaligus dalam sekali melakukan perkawinan. Telurnya berwarna putih kehijauan dengan bercak merah jambu.
Burung cinenen pisang jantan dan betina serupa, kecuali di musim berbiak, dimana bulu tengah ekor si jantan tumbuh memanjang. Secara kasat mata untuk burung cinenen pisang jantan mempunyai bulu hitam dipinggir leher atau kerongkongannya, sedangkan betina tidak punya. Perbedaan lainnya yaitu panjang pendeknya ekor.
Secara keseluruhan burung cinenen pisang mempunyai warna tubuh terdiri dari warna kuning, putih dan hijau zaitun. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia |
Baca juga: Anjing Menyanyi Khas Pegunungan Papua
Dari kicauannya burung cinenen pisang bisa dikatakan lebih bervariasi atau bersuara nyaring dengan aneka lagu, suaranya terdengar melengking dan juga kadang monoton yang dibunyikan menggunakan suara keras secara berulang-ulang.
Tempat hidup atau habitat burung cenenen pisang terbilang banyak. Diantaranya seperti di pekarangan rumah milik warga, area terbuka perbukitan, sawah, semak belukar dan juga berhabitat di hutan produksi ataupun sekunder. Di Indonesia burung ini terdapat di Pulau Jawa. Sementara di Asia persebarannya tergolong luas, selain di Indonesia juga tersebar di Sri Lanka, Malaysia, Bhutan, Pakistan, India, Myanmar, Bangladesh, Thailand dan Kamboja.
Adapun untuk jenis pakan yang sering dimakan yaitu berasal dari berbagai macam serangga berukuran kecil, diantaranya seperti ulat, tempayak, jangkrik, telur semut atau kroto, dan juga kumbang.
Ukuran tubuh burung dengan nama latin Orthotomus sutortus ini kecil, sekitar 10 sampai 11 cm. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia |
Kurangnya Penelitian
Afinna Aninnas, pengamat burung yang tergabung dalam Kelompok Studi Biologi dan Kelompok Pengamat Burung Zoothera Andromedae Universitas Brawijaya (UB) Malang punya kesan lain tentang burung cinenen pisang. Bagi dia burung ini terlihat gagah ketika berkicau di alam bebas. Sehingga beberapa peneliti merasa takjub melihat dan juga mendengarkan suaranya.
Selain itu, bagi pria kelahiran 1998 ini kesan lain dari burung cenenen pisang yaitu teknik membangun sarangnya, manusia bisa terinspirasi dalam membuat teknik-teknik kontruksi bangunan. “Perilakunnya yang berbeda-beda setiap jenisnya juga menjadikan burung lebih menarik, membuat saya jadi takjub untuk mempelajari lebih lanjut,” ujar Afin, panggilan akrabnya. Karena populasinya masih banyak dan sering dijumpai, sehingga keberadaanya kurang menarik perhatian para peneliti.
Untuk itu, dia berharap agar burung ini lebih banyak diteliti. Apalagi ketika perilaku birding dan juga prilaku respon terhadap berbagai macam intervensi di dalam habitat yang berbeda, dan juga respon burung cenenen pisang ketika membuat sarang.
Karena burung cinenen ini masih banyak diminati para kicau mania sehingga keberadaan burung ini juga rentan di alam liar. Meskipun status konservasinya belum dilindungi. Namun tidak menutup kemungkinan jika perburuan terjadi secara masif dan terjadi sangat cepat, itu memungkinkan terjadi penurunan populasi. Apalagi saat ini juga banyak anak-anak kecil di desa yang mengisi waktu luangnya digunakan untuk berburu, salah satu perburuannya termasuk burung cenenen pisang.
“Karena sering terlihat, bagi penghobi burung ini juga kerap kali menjadi sasaran tembak,” pungkas pria yang pernah pengamatan burung cinenen pisang di Tuban dan Malang ini.
Dalam bahasa Inggris burung ini disebut Common Tailorbird, itu karena kebiasaanya menjahit dedaunan sebagai sarangnya. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia |
Dilansir: Mongabay.co.id
0 Komentar