Upacara Kasada Bromo: Asal-Usul dan Prosesi Sesajen di Kawah Bromo

Upacara Kasada Bromo: Asal-Usul dan Prosesi Sesajen di Kawah Bromo. Foto: Indonesiakaya.com 

Banyak sekali keberagaman budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan beberapa tradisi tersebut masih lestari sampai sekarang, salah satunya adalah tradisi Upacara Kasada.

Upacara Kasada berasal dari Suku Tengger yang berada di kaki Gunung Bromo, tepatnya di Probolinggo, Jawa Timur. Upacara ini menjadi salah satu tradisi yang sudah ada sejak jaman dulu dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam berbagai literatur, mayoritas Suku Tengger  menganut agama Hindu yang di pegang teguh sebagai kepercayaan mereka. Namun, Agama Hindu yang dianut telah mengalami akulturasi dengan budaya asli yang ada di Tengger.

Hal ini juga yang melatarbelakangi suku Tengger memiliki berbagai budaya dan tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang termasuk Upacara Kasada atau lebih dikenal dengan Yadnya Kasada. 

Asal Usul dan Sejarah Upacara Kasada

Asal usul upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu “Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari kerajaan Majapahit, permaisuri dikaruniai anak perempuan yang bernama Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa sang Putri jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari Kasta Brahmana yang bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan semakin berkibarnya perkembangan Islam di Pulau Jawa.

Beberapa orang kepercayaan kerajaan dan sebagian keluarganya memutuskan pergi kewilayah timur. Dan sebagian besar ke kawasan pegunungan tengger, termasuk Roro Anteng dan Joko Seger.

Setelah mereka menjadi penguasa diwilayah ini, mereka sangat sedih karena belum dikaruniai seorang anak. Berbagai macam cara mereka coba, sampai pada akhirnya mereka kepuncak Gunung Bromo untuk bersemedi. Akhirnya permintaan mereka dikabulkan dengan munculnya suara gaib, dengan syarat anak bungsu mereka setelah lahir harus dikorbankan kekawah gunung bromo.

Setelah mereka dikaruniai 25 orang anak, tiba saatnya mereka harus mengorbankan si bungsu. Tetapi mereka tidak tega melakukannya, karena hati nurani orang tua yang tidak tega membunuh anaknya. Akhirnya sang dewa marah dan menjilat anak bungsu tersebut masuk kekawah gunung, timbul suara dari si bungsu agar orang tua mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya. Dan tiap tahun untuk melakukan sesaji yang dibuang ke gunung bromo. Sampai sekarang adat istiadat ini dilakukan secara turun menurun.

Baca Juga: Ini Dia Makna Filosofis Blankon

Dukun yang sedang melafalkan mantra. Foto: indonesiakaya.com

Upacara Kasada menjadi sebuah ritual untuk mengungkapkan rasa syukur agar selalu dijauhkan dari marabahaya. Ungkapan syukur itu diujudkan dengan melarung hasil bumi ke dalam kawah Bromo.

Selain itu Upacara Kasada bromo juga dilakukan untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera mantera. Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo.

Rangkaian Prosesi Upacara Kasada

Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesajo dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.

Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll. Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra.

Beberapa suku Tengger yang sedang melakukan Kasada. Foto: Indonesiakaya.com

Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.

Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo dapat kita lihat dari malam sampai siang hari Kasada Bromo.

Menyaksikan Upacara Kasada

Untuk dapat melihat Upacara Kasada bromo lebih baik kita datang sebelum tengah malam, karena ramainya persiapan para dukun. Hari-hari upacara kasada bromo, banyak penduduk sekitar yang berdatangan.

Baik mengendarai sepeda motor atau kendaraan pribadi lainnya. Sehingga mengakibatkan jalanan kebawah menuju kaki gunung sangat macet. Dan bisa membuat Mobil dari gerbang tidak bisa turun kebawah. Jalan lain kebawah yaitu anda berjalan dengan rombongan rombongan penduduk yang menuju pura. Karena jika sendiri dipastikan akan tersesat, karena kabut yang sangat tebal dan pandangan sangat terganggu.

Posting Komentar

0 Komentar