Jalur pendakian Gunung Rinjani. Foto: CNN Indonesia |
Muhammad Fuad Hasan (26), pendaki asal Sawah Pulo Wetan, Desa Ujung, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, meninggal dunia setelah terjatuh ke jurang di jalur pendakian Senaru, Lombok Utara, sedalam 100 meter, Jumat (1/12/2021).
Fuad diketahui hendak mendaki Gunung Rinjani untuk merayakan ulang tahunnya yang ke- 26.
"Kita memang sudah rencanakan mendaki Rinjani, tahun baruan dan ulang tahun dia juga tanggal 1 Januari kemarin. Kami sama-sama ada keinginan ke Rinjani," kata Muhammad Azizi Aji (19), di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Minggu (3/12/2021) malam.
Aji mengatakan mereka datang ke Lombok mengunakan kapal dan naik sepeda motor dari Surabaya. Mereka bermalam di rumah kawan dan akhirnya menuju Gunung Rinjani pada Kamis (31/12/2020) melalui jalur pendakian Senaru.
"Saya naik hanya berdua dari Surabaya tanggal 31 Desember sekitar pukul 10.30 WITA. Perjalanan kami lancar tiba di pos 1 dan pos 2," tutur Aji.
Di pos 2 mereka bertemu rombongan pendaki asal Bima-NTB, dan kemudian ikut bersama rombongan karena baru pertama kali mendaki Rinjani.
Namun, ketika tiba di pos 3, Fiad dan Aji bertemu pendaki asal Bekasi yang baru turun. Pendaki tersebut memperingatkan semua rombongan untuk mengurungkan niat mendaki Rinjani dan menuju danau karena jalur ekstrem.
"Dia cerita kalau jalurnya ekstrem. Katanya dia hampir mati 50 kali kata orang Bekasi itu. Dari sana mental kawan-kawan dari Bima agak down. Akhirnya rombongan kawan-kawan Bima menuggu di pos 3, saya dan Fuad memutuskan untuk tetap naik ke Pelawangan Senaru," kata Aji.
Setelah tiba di Pelawangan Senaru, keduanya kelelahan dan mereka memutuskan istirahat dan membangun kemah di Cemara Lima di bawah Pelawangan Senaru.
Keesokan harinya, hari Jum'at (1/1/2021), pukul 10.00 WITA, mereka melanjutkan pendakian ke Pelawagan Senaru selama dua jam perjalanan.
Saat Fuad dan Aji memutuskan menuju Danau Segara Anak. Ternyata mereka melewati jalur lama yang telah mengalami longsor pasca-gempa Lombok 2019.
"Saya tidak tahu kalau melewati jalur lama karena rambu rambunya kurang jelas, karena kabut," kata Aji.
Aji menuturkan awalnya dirinyalah yang berada di depan memandu pendakian. Dia mengatakan pada Fuad jika jalur cukup mudah mereka akan melanjutkan pendakian.
Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar Negara Paling Ramah Dikunjungi
Namun, jika jalurnya berbahaya mereka akan mencoba jalur lain.
Hingga akhirnya mereka menemukan jalur bercabang, di mana terlihat sebelah kiri semak-semak dan sebelah kanan tebing. Aji memutuskan memeriksa jalur kanan atau tebing. Namun, tidak ada jalan lagi karena merupakan jurang curam.
Fuad yang berada di depan Aji memutuskan mencoba jalur kiri yang merupakan semak-semak. Baru beberapa langkah berjalan, Fuad terpeleset dan jatuh ke jurang. Aji tak bisa melihat Fuad lagi karena kabut sangat tebal saat itu.
Jarak Aji dan Fuad ketika musibah terjadi 2-3 meter. Fuad sempat berteriak saat melihat Aji jatuh dalam posisi menggelinding.
"Saya teraik-teriak selama lima menit, tak ada respons. Saya minta tolong tidak ada respons. Akhirnya saya naik kembali ke Pelawangan Senaru. Masih belum ada pertolongan, saya turun ke pos 3 bertemu kembali rombongan anak-anak Bima dan dibantu menghubungi TNGR, " kata Aji.
Proses pencarian
Kepala Resort TNGR Senaru Isnan Laila Surahmat mengatakan, dirinya mendapat telepon dari Aji dan mengabarkan musibah yang menimpa Fuad pada Jumat pukul 14.00 WITA.
Pukul 16.00 WITA semua tim evakuasi berangkat menuju lokasi kejadian. Namun, karena hujan dan cuaca kurang mendukung, tim pencari hanya sampai di pos 3 jalur Senaru pada malam hari sehingga pencarian dilanjutkan pada Sabtu (2/1/2021) pagi.
"Pencarian dilakukan sepanjang hari. Namun, korban belum ditemukan karena hujan dan jalan yang licin. Hingga datang bantuan tim pencari dan evakuasi dari Badan SAR Mataram," jelas Isnan.
Korban akhirnya ditemukan Minggu sekitar pukul 07.15 WITA dalam kondisi meninggal dunia karena luka yang parah di bagia kepala, perut, dan kaki.
Jenazah korban dibawa hingga Puskesmas Senaru pukul 16.00 WITA untuk divisum dan disemayamkan di RSUD Kota Mataram pada Minggu malam.
Jalur lama Senaru berbahaya
Isnan menjelaskan, korban diprediksi salah jalur. Kedua pendaki asal Surabaya itu melewati jalur lama yang telah mengalami longsor.
"Mereka tampaknya tidak melihat rambu-rambu yang telah dipasang. Pasca-gempa di jalur Senaru, ada beberapa titik yang kami buatkan jalur baru, karena jalur lama sudah tidak bisa dilewati karena longsor batu ketika gempa. Kemungkinan korban jatuh di jalur lama," ujar Isnan.
Proses pencarian jenazah Fuad tergolong sulit. Selain karena hujan dan jalur yang licin, lokasi jatuhnya korban cukup curam, kedalamannya mencapai 100 meter.
Jenazah korban yang berhasil dievakuasi Minggu sore dan langsung dibawa ke RSUD Kota Mataram menurut rencana akan diterbangkan ke Surabaya Senin (4/1/2021) pagi.
I Gede Ketut Suarta, penangung jawab evakuasi TGR Senaru mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala hal terkait pemulangan jenazah Fuad.
Pihak keluarga Fuad telah menerima kabar duka tersebut dan menerima kematiannya sebagai musibah sehingga menolak dilakukan otopsi terhadap jenazah.
"Kita akan mengurus semua keperluan pengiriman jenazah hingga sampai di Surabaya melalui cargo pesawat, termasuk rekannya akan ikut menemani jenazah setelah melakukan rapid antigen," terangnya.
Terhitung sejak 1 Januari 2021, pendakian menuju Rinjani baik melalui jalur Senaru, Sembalun, Timbenuh, ataupun Aik Berik ditutup hingga tiga bulan ke depan karena cuaca ekstrem.
Sumber: Kompas.com
0 Komentar