Bersantan dan pedas jadi salah satu ciri kuat masakan khas Padang. Foto: Orami.com |
Masakan Padang dari ranah Minangkabau, Sumatra Barat, termasuk salah satu makanan yang sangat terkenal di Indonesia. Kuliner ini sudah tak asing bagi lidah masyarakat Indonesia. Kalian juga dapat dengan mudah menemukan rumah makan Padang yang tersebar hampir di seluruh penjuru kota.
Kekayaan cita rasa yang khas dan unik pada masakan ini mampu membuat siapapun akan ketagihan menyantapnya. Kalau Kalian perhatikan, hampir sebagian besar masakan Padang mengandung santan dan cabai yang tak sedikit. Penggunaan kedua bahan tersebut menjadi kunci sajian untuk menciptakan kelezatan masakan.
Bukankah Kalian bertanya-tanya kenapa masakan Padang identik dengan santan dan rasa pedas? Yuk, simak sejarah di baliknya.
Menggunakan Santan karena Pengaruh Masyarakat India dan Timur Tengah
Masakan Padang memang menjadi salah satu kuliner yang sangat nikmat. Foto: IDNtimes |
Rahasia yang membedakan masakan Padang dengan masakan dari daerah lain adalah penggunaan santan yang tak sedikit. Air perasan daging kelapa ini menciptakan rasa gurih pada masakan. Menurut penelusuran buku “Kuliner Indonesia” ada 60 jenis makanan khas Minangkabau yang bersantan, jauh lebih banyak daripada Aceh yang hanya memiliki 21 jenis makanan bersantan.
Dalam buku karya sejarawan Gusti Asnan, "Dunia Maritim Pantai Barat Sumatra" tertulis bahwa pada abad ke 16, Sumatra Barat menjadi salah satu kawasan yang dilewati jalur perdagangan di pantai barat Sumatra. Kawasan ini menjadi persinggahan banyak pedagang dari India dan Timur Tengah
Baca Juga: Sate Padang, Tersebar Bersama Tradisi Merantau Orang Minangkabau
Penjelasan tersebut juga didukung oleh catatan Tome Pires, pengelana asal Portugis yang mengatakan bahwa ada kapal dari Gujarat, India yang singgah di pantai-pantai Sumatra Barat, khususnya di Pelabuhan Pariaman dan Tiku (kini dikenal dengan nama Kabupaten Agam) pada abad ke-16. Mereka mendarat di kawasan ini untuk berdagang.
Kebanyakan para pedagang tersebut membawa dan menjajakan rempah-rempah. Tak hanya itu berdagang, mereka juga menularkan kebiasaan memakan masakan kaya rempah, santan, dan cabai. Jadi, tak heran bila masakan Padang mendapat pengaruh cukup besar dari kuliner India dan Timur Tengah.
Perkebunan Sumatra Barat menghasilkan kelapa dan santan berkualitas tinggi. Ada berbagai jenis kelapa di sini, seperti kelapa Painan, kelapa Pariaman, kelapa Pasaman, dan sebagainya. Kandungan minyak dalam kelapa tersebut berbeda dengan kelapa dari daerah lain sehingga olahan masakan Padang di daerah asalnya terasa berbeda dan lebih enak.
Selain santan yang terkenal menjadi bahan utama dalam masakan Sumatra Barat, ada pula penggunaan rempah-rempah yang sangat kuat seperti pala, merica, dan lain sebagainya.
Menghangatkan Tubuh di Daerah Tinggi dengan Masakan Pedas
Sambal adalah pelengkap masakan Padang. Foto: tribun news |
Bukan tanpa alasan, ada sejarah menarik di balik rasa pedas yang identik dalam masakan Padang. Sejak dahulu, Minangkabau terbagi menjadi 3 daerah atau dikenal sebagai luhak nan tigo, yakni Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota, dan Luhak Tanah Datar. Ketiga daerah tersebut merupakan daerah dataran tinggi atau darek yang diselimuti suhu dingin.
Para penduduknya butuh makanan dan minuman yang hangat. Maka dari itu, mereka pun berinisiatif menggunakan cabai saat memasak sehingga rasa masakan menjadi pedas. Rasa pedas ini mampu meningkatkan suhu dan menghangatkan tubuh.
Seiring perubahan waktu, wilayah Minangkabau kian berkembang dan masyarakatnya mulai menyebar. Beberapa masyarakat merantau ke daerah di luar luhak nan tigo. Namun, mereka masih terus memegang tradisi penggunaan cabai dalam masakan meskipun sudah tidak bermukim di daerah dataran tinggi.
Bagaimana? Sudah tau kan awal mula sejarah penggunaan santan dan cabai dalam masakan Padang. Rupanya, perpaduan dua bahan ini bisa memperkuat rasa dari makanan khas Minangkabau. Jadi, masakan Padang mana yang menjadi kesukaanmu?
Sumber: GNFI/Rifdah Khalisha
0 Komentar