Menghilang Cukup Lama, Bunglon Nyentrik Ini Ditemukan Kembali

Bunglon betina Voeltzkow yang saat stres atau kondisi tertekan tubuhnya akan tampak warna-warni. Foto: Kathrin Glaw/Jurnal Salamandra

Satu abad menghilang, bunglon dengan warna nyentrik Voeltzkow [Furcifer voeltzkowi] ditemukan kembali. Para ilmuwan, secara resmi mengumumkannya melalui Jurnal Salamandra, edisi 30 Oktober 2020. Satwa endemik Madagaskar ini, terakhir kali terlihat tahun 1913.

Bunglon Voeltzkow betina memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan jantan, sekitar 5,9 inci [150 milimeter] dari ujung tubuh hingga ekor. Sementara jantan, panjangnya 6,5 inci [164 milimeter].

Hal unik bunglon ini terlihat dari sang betina yang dapat mengubah pola warna tubuhnya. Kondisi normal, warnanya hijau dengan garis-garis hijau tua dan titik merah di sepanjang sisinya. Namun ketika stres, garis-garis hijau tua itu berubah menjadi hitam, dan muncul pula garis keunguan di sepanjang sisi tubuhnya.

Sekitar satu abad menghilang, bunglon luar biasa, dengan penampakan warna-warni ini ditemukan kembali.

Para ilmuwan, secara resmi mengumumkan berita gembira itu, kembalinya sang bunglon nyentrik Voeltzkow [Furcifer voeltzkowi] di Jurnal Salamandra, edisi 30 Oktober 2020. Satwa endemik Madagaskar ini, terakhir kali terlihat tahun 1913.

Hal unik bunglon ini terlihat dari sang betina yang dapat mengubah pola warna tubuhnya.

“Bunglon Voeltzkow menambah khazanah keindahan satwa di planet ini. Tugas kita adalah mengetahui bagaimana kehidupan reptil mengagumkan ini, sekaligus menyelamatkannya dari kepunahan,” tutur Don Church, Presiden Globel Wildlife Corservation, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip dari Live Science.

Mencari spesies yang hilang

Globel Wildlife Corservation memelopori ekspedisi pencarian spesies yang hilang, yang belum diamati para ilmuwan dalam satu dekade terakhir. Tujuan program ini adalah tujuan konservasi tidak terfokus pada spesies semata, tetapi pada perlindungan ekosistem dan habitat satwa secara luas.

Bunglon Voeltzkow adalah jenis yang misterius. Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang kehidupannya, terlebih kerabat tedekatnya sesama bunglon, hanya memiliki rentang hidup singkat, alias mati muda.

Bunglon Labord [Furcifer labordi] misalnya. Hewan asli Madagaskar ini juga, biasanya menetas pada Bulan November, lalu beranjak matang, berikutnya bertelur, dan mati pada Maret.

Para peneliti paham, tubuh Voelzkow tidak hanya kecil, tetapi juga kemungkinan memiliki pola hidup sebagaimana Labord, yang rentang hidupnya hanya setengah tahun.

Bunglon jantan Voeltzkow, warnanya hijau muda, tetapi menjadi hijau tua saat terganggu. Foto: Frank Glaw via Live Science

Untuk menguak tabir tersebut, tim ekspedisi bergerak ke hutan Madagaskar, arah barat laut, April 2018. Awalnya, mereka tidak beruntung, menemukan apa yang mereka inginkan.

“Kami mungkin memiliki peluang menemukan kembali bunglon Voeltzkow, akan tetapi realitanya butuh waktu lama dan ini pekerjaan sulit,” terang Frank Glaw, Kepala Departemen Vertebrata di Bavarian State Collection of Zoology, yang sekaligus memimpin ekspedisi ini.

Glaw menyatakan, timnya tidak berhasil menemukan bunglon yang dicari, di lokasi yang kemungkinan besar ada keberadaannya. Hingga, beberapa hari sebelum ekspedisi berakhir, Angeluc Razafimanantsoa, pemandu profesional dari Montagne d’Ambre di Madagaskar utara, melihat seekor bunglon.

Penyelidikan dilakukan, tim akhirnya menemukan 3 jantan Voeltzkow dan 15 betina.

 

Bunglon Labord [Furcifer labordi] yang memiliki pola hidup singkat. Foto: Frank Glaw et al/Jurnal Salamandra

Warna mencolok

Bunglon Voeltzkow betina memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan jantan, sekitar 5,9 inci [150 milimeter] dari ujung tubuh hingga ekor.

Sementara jantan, panjangnya 6,5 inci [164 milimeter]. Warnanya hijau muda, tetapi menjadi hijau tua saat stres atau terganggu.

Saat kondisi normal, sang betina berwarna hijau dengan garis-garis hijau tua dan titik merah di sepanjang sisinya. Namun ketika stres, garis-garis hijau tua itu berubah menjadi hitam, dan uniknya muncul garis keunguan di sepanjang sisi tubuhnya. Di antara garis-garis hitam, akan terlihat kulit bunglon betina itu menjadi putih, kecuali tenggorokannya yang berwarna oranye cerah.

Dalam laporan itu dituliskan, menurut para peneliti, kehidupan Voeltzkow terancam punah karena mereka berada di wilayah yang secara geografis begitu kecil. Hal lainnya adalah habitatnya telah terfragmentasi.

Tentu saja, para peneliti ini gembira telah menemukan kembali Voeltzkow. Mereka pun tetap berharap, di lain waktu bisa menemukan Furcifer monoceras, bunglon jenis lain yang terakhir dilihat tahun 1905. Itu juga hanya diketahui dari satu spesimen yang ada.

Sumber: Mongabay/Rahmadi Rahmad

Posting Komentar

0 Komentar