Sumba memang memiliki pesona magis melalui sabana-sabanya yang luas membentang. Foto: GNFI |
Sumba (NTT) tak hanya terkenal dengan wisata pantai dan keindahan panorama bawah laut atau hewan endemiknya saja. Di sana juga terbentang banyak sekali padang rumput (sabana) nan luas pada bukit bergelombang yang cukup elok dan memanjakan mata.
Beberapa di antaranya cukup dikenal, karena menjadi lokasi pengambilan gambar film-film produksi lokal. Sebut saja film ''Susah Sinyal'' (2017) atau ''Pendekar Tongkat Emas'' (2014).
Maka, Kalian tak perlu pelesir jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk mendapatkan pemandangan sabana yang memesona. Cukup datang ke Sumba, maka paling tdak kalian akan mendapati empat kawasan sabana yang keindahannya bisa dinikmati sambil menyesap kesunyian.
Berikut sabana-sabana tersebut.
Sabana Bukit Tanarara, Sumba Selatan
Foto: GNFI |
Yang pertama ada sabana di Bukit Tanarara yang berlokasi di Dusun Tanarara, Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Perbukitan ini tersusun dari batuan karang yang gersang dengan hamparan rumput di sebagian sisinya. Bentuknya berlapis-lapis, mengingatkan Anda pada pemandangan Grand Canyon di Amerika Serikat.
Saat musim kemarau, rumput di perbukitan ini akan berwarna cokelat keemasan, namun ketika musim hujan datang, warnanya menjadi hijau segar. Keindangan bukit dengan kontur bergelombang ini memang relatif landai. Kalian dapat menyusuri bukit satu dan bukit lainnya dengan berjalan kaki, naik motor maupun mobil.
Apabila Anda gemar kamping, maka kawasan ini bisa menjadi pilihan untuk membangun tenda dan menikmati bintang pada malam hari. Saking indahnya, kawasan perbukitan ini pun menjadi salah satu pengambilan gambar film ''Susah Sinyal'', garapan Ernest Prakasa.
Sabana Bukit Warinding, Sumba Timur
Foto: GNFI |
Suasana tenang di sini akan membuat pelancong betah berlama-lama, merasakan semilir angin di vegetasi padang rumput yang begitu luas. Sore hari adalah waktu paling tepat untuk menikmatinya. Saat itu, Kalian akan menemui anak-anak penduduk lokal yang sedang bermain sambil menggembala kuda atau domba. Mereka pun senantiasa menemani pengunjung bukit.
Jika Kalian datang pada musim kemarau, yakni antara Bulan Juli hingga Bulan Oktober suasananya yang terik akan membuat Kalian merasa seperti berada di Afrika. Lain halnya jika datang saat musim hujan, suasana berubah layaknya di perbukitan Selandia Baru.
Lokasi ini juga menjadi tempat yang tepat bagi Kalian yang menyukai kesunyian, keheningan, dan keindahan alam yang masih sangat alami.
Tidak ada biaya tiket masuk resmi di kawasan ini. Namun setiap tamu yang datang disarankan untuk mengisi buku tamu dan memberikan donasi serelanya untuk kesejahteraan masyarakat setempat yang mengelola sabana.
Di tempat itu juga belum tersedia fasilitas penunjang seperti penginapan, rumah makan, dan sebagainya.Karenanya, jika berkunjung disarankan untuk membawa bekal makanan dan minuman secukupnya.
Sabana Mau Hau, Sumba Timur
Foto: GNFI |
Karena lokasinya cukup dekat dengan pusat kota, lokasi ini boleh jadi masuk agenda perjalanan eskplorasi keindahan alam Sumba Timur. Kalian akan melihat bentangan persawahan dengan sebagian pohon kelapa menjulang, pada batas ujung persawahan terdapat bukit-bukit sabana.
Kalian juga bisa menghabiskan pagi hari di bukit kawasan ini sambil menyesap kopi dengan udara yang belum terlalu panas.
Sabana Tanah Daru, Sumba Tengah
Foto: GNFI |
Sementara tempat yang tak kalah elok yang wajib Kalian kunjungi adalah sabana Tanah Daru yang masuk dalam kawasan Taman Nasional (TN) Manupeu Tanah Daru yang memiliki panorama alam luar biasa. Bentang luas sabana Tanah Daru menyajikan pemandangan alam bebas yang begitu asri.
Kalian bisa melihat langsung air terjun Lapopu dan garis pantai yang dapat dilihat dari atas bukit Tanah Daru. Sebagian orang, bahkan menyamakakan keindahan di tempat ini serupa dengan sabana yang berada di Afrika.
Bila ditempuh dengan kendaraan bermotor atau mobil, untuk mencapai lokasi ini membutuhkan waktu selama satu jam perjalanan dari ibukota Sumba Tengah, Waikabul.
Nah, jadi bagaimana? Makin penasaran kan untuk menjelajah Sumba. Jadi, tunggu apalagi!
0 Komentar