Aliansi buruh tangerang berunjuk rasa menuntut pembatalan omnibus law (08/10/2020). Foto: CNN Indonesia |
Sebenarnya, kepentingan siapa yang harus dibela? kesejahteraan mana yang ingin diwujudkan? belum selesai berjibaku dengan pandemi COVID-19 dan resesi ekonomi, kali ini, kita dihadapkan dengan masalah yang jauh lebih berbahaya. masalah yang bisa mengakomodir eksploitasi manusia dan lingkungan. permasalahan yang sangat jauh bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Melihat gabah yang tergeletak di bawah terik matahari. Ketika kering ia telah masuk dalam ruang dormansi. Tidur sejenak tenggelam dalam jati diri. Menonaktifkan seluruh panca indera, dari segala faktor negatif dari luar.
Saat diri direndahkan oleh saudara dan lingkungan ada kalanya harus membatu. Tidak menghiraukan jika hanya untuk keuntungan pribadi. Tapi hal ini tidak berlaku ketika ada kemungkaran terlihat jelas di pelupuk mata melanda seluruh manusia.
Ketika sebagian manusia hendak mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Mereka membocorkan pipa kesejahteraan rakyat untuk nafsu pribadi. Atau membuat kebijakan memuluskan laju oligarki dan kapitalis di negeri ini.
Bila kita mampu mendengar jeritan tetumbuhan, mereka sangat kuat berteriak. "Heh manusia! Jangan kau diam saja seperti kami yang hanya bisa melambaikan tangan ketika diterpa angin. Sebagian kalian hendak menzalimi rakyat, dan mengganggu eksistensi makhluk-makhluk yang bertasbih pada Tahun!"
Bani Adam telah terpilih menjadi Khalifah di bumi, dan menjaga stabilitas sosial. Jangan sampai si tengik budak nafsu berbuat semena-mena di muka bumi ini. Harus ada kekuatan yang tampil dan melakukan perlawanan.
Amarah telah Allah ciptakan dalam dada tiap-tiap orang. Untuk membasmi kezhaliman ketika harga diri bangsa terinjak-injak. Menjaga satu jiwa' seperti menjaga seluruh jiwa manusia. Begitulah Al-Qur'an menjelaskan.
Bila seseorang punya suara yang lantang, maka dengan angin akan tersampaikan. Bila ia punya jabatan, ia bisa membantu dengan pengaruh kekuatannya. Bila ia punya kekuatan, maka dengan kekuatan itu ia melakukan perlawanan pada kezhaliman.
Dan bila ia punya tulisan, maka dengan penyebaran dunia maya ia kobarkan semangat. Tak terkecualikan seseorang yang hanya dengan pengetahuan, melalui kedua tangannya ia mengadu kepada Tuhan. Membantu dalam meretas kezhaliman melalui jalur langit.
Kestabilan suatu bangsa harus dijaga, untuk memlihara kemaslahatan bersama. Negara yang dibayangkan seperti bahtera besar, yang lajunya diatur oleh para pimpinan. Serta para penumpang yang berada di atasnya bisa nyaman dan tentram. Bila para pimpinan yang mengurusi laju mesin di bagian bawah bahtera membutuhkan air, dan dengan nafsunya ia hendak melubangi kapal, maka harus dicegah. Sebab ada banyak jiwa yang tidak bersalah, akan ikut karam hanya karena nafsu segelintir orang.
Nabi Telah menjelaskan perihal ini:
عن النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ - رضي الله عنه - عَنِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ : (( مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ الله وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Hadits riwayat Nu'man bin Basyir, Nabi bersabda, "Perumpamaan orang yang menegakkan aturan-aturan Allah (inkarul munkar) dan orang yang melanggarnya, itu seperti sebuah kaum yang berundi dalam sebuah bahtera. Sebagian mereka ada yang di atas dan sebagian lagi di bawah. Maka ketika orang-orang yang di bawah butuh air, mereka akan berseru kepada yang di atas. Lantas orang-orang yang di bawah berkata, "Kalaulah kita lubangi bahtela ini, maka kita tidak akan menyusahkan orang yang di atas (untuk mencari air)!" Andai kata yang di atas membiarkan orang-orang yang di bawah menuruti kehendak mereka, semua akan binasa. Namun, jika orang yang di atas mencegah kehendak mereka , maka akan selamatlah semuanya. (HR. Bukhari)
Di mana Kemerdekaan Kami
Berkibar sang saka.
Terpaan angin pacu gelora.
Semangat yang merah.
Besatu dengan putihnya niat suci.
Berkibar sang merah putih.
Peringati perjuangan berpeluh darah.
Serta niat suci dalam jiwa.
Bersatu merasuk gelora jihad.
Atas jasa Pejuang dan Ulama.
Sang saka dapat berkibar bebas.
Merdeka 17 Agustus 1945.
Kebersamaan menolak lupa.
Negri bahagia berseri.
Tanah subur kekayaan hayati.
Energi mineral terpendam dalam diri.
Kejayaan yang didamba sejak masa koloni.
Oligarki dan kapitalis kuat berakar.
Para oportunis telah gelayuti istana.
Arogansi rasuki para pejabat.
Masihkan ada yang peduli rakyat.
Harusnya kekayaan bisa dirasa.
Oleh seluruh kaum hayati.
Di manapun mereka berada dan bertempat.
Bagai udara yang adil dirasa.
Di manakah kemerdekaan berada?
Akan-kah kebahagiaan itu masih dirasa.
Atau hanya pada segelintir orang.
Yang merdeka menjadi boneka,
para penjajah berwajah baru?
(Solokuro, Jatim, 10 Agustus 2020)
Refrensi:
Syaikh Muhammad bin Ali asy-Syafi'i asy-Syinwani, Hasyiyah ala Mukhtashaf Ibnu Abi Jamrah lil-Bukhari , (Dar al-Ilm, Surabaya), hal: 107.
0 Komentar