Terdapat ragam tradisi tahun baru Islam yang unik dan khas di Indonesia. Setiap daerah bisa jadi berbeda karena adanya akulturasi budaya lokal dengan Islam.
Seluruh mat Islam di dunia akan merayakan perayaan tahun baru Hijriyah. 1 Muharram 1442 Hijriyah akan jatuh pada Kamis (20/8). Peringatan tahun baru Hijriyah oleh masyarakat Indonesia dirayakan dengan berbagai adat tradisi yang unik dan berbeda-beda di setiap daerahnya. Hal ini terjadi karena akulturasi budaya lokal dan agama Islam sejak ratusan tahun lalu.
Terdapat ragam tradisi tahun baru Islam yang unik dan khas di Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa diantaranya. Selamat Tahun Baru Hijriyah!
Baca Juga: 7 Tradisi Unik Sambut Lebaran Dari Berbagai Daerah di Indonesia
Kirab Kebo Bule – Surakarta
Kebo Bule merupakan jenis kerbau yang berwarna putih, masyarakat kota Surakarta sangat mengkeramatkan spesies kerbau ini karena dianggap turunan Kebo Bule Kyai Slamet. Setiap tahun baru Islam, Kebo Bule selalu diarak keliling kota, diikuti dengan keluarga keraton yang membawa ragam pusaka berharga dan barisan warga Surakarta di belakangnya. Kebo Bule berperan sebagai cucuking lampah atau pemandu kirab di depan.
Mubeng Beteng – Yogyakarta
Mubeng Beteng merupakan bentuk refleksi dan intropeksi diri orang-orang Jawa pada malam tahun baru Hijriyah. Tradisi ini dilakukan dengan cara mengelilingi Keraton Yogyakarta oleh ratusan abdi dalem bersama seluruh warga. Selama menjalani Mubeng Beteng, mereka akan melakukan tapa bisu (tidak berbicara atau bersuara) dan tidak makan, minum, merokok dengan jarak tempuh sekitar 5 km.
Upacara Tabot – Bengkulu
Perayaan Upacara Tabot di Bengkulu ini sudah dilakukan sejak tahun 1685 oleh seorang tokoh terkemuka yang dkenal sebagai Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo. Dirayakan untuk mengenang kepahlawanan dan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib. Acara ini dilakukan terinspirasi dari upacara Karbala di Iran. Masyarakat Bengkulu percaya, Upacara Tabot harus digelar agar terhindar dari musibah atau malapetaka.
Baca Juga: Membedah Filosofi Tari Saman
Barik’an – Pati
Barik’an merupakan adat tradisi yang berasal dari Pati, Jawa Tengah. Pada dasarnya tradisi ini adalah kenduri bersama. Masyarakat akan membawa lauk pauk dari rumah untuk didoakan bersama oleh pemuka agama desa. Selanjutnya, makanan tersebut akan dimakan bersama-sama dengan saling bertukar lauk pauk sebagai simbol berbagi dan kepedulian sosial.
Ngadulag – Sukabumi
Masyarakat Sukabumi menyambut perayaan tahun baru Hijriyah dengan tradisi Ngadulag berupa lomba menabuh bedug oleh para warga. Dalam perayaan ini, setiap peserta adalah kelompok yang terdiri atas tiga pemain, pertama sebagai pemukul beduk, kemudian pemukul kohkol (kentungan), dan pemukul alat tambahan lainnya. Pemenang merupakan peserta yang berhasil menciptakan ritme nada yang unik dan merdu.
Baca Juga: Tradisi Sekura: Kemeriahan Pesta Topeng di Lampung
Ledug Suro – Magetan
Ledug Suro berasal dari Magetan, Jawa Timur. Masyarakat yang menggelar tradisi ini dengan ‘ngalub berkah bolu rahayu’. Tradisi Ledug Suro diawali oleh kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya akan menjadi sasaran rebutan warga. Masyarakat Magetan meyakini, bolu rahayu dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi siapa yang mendapatkannya.
Nganggung – Bangka Belitung
Nganggung berasal dari Bangka Belitung. Dalam bahasa lokal, nganggung bermakna makan bersama. Masyarakat merayakan tahun baru Islam dengan makan bersama melalui tradisi nganggung layaknya saat Idul Fitri maupun Idul Adha. Tidak hanya itu, warga juga akan saling bersilaturahmi ke rumah-rumah. Mereka percaya, semakin banyak tamu yang datang ke rumah maka semakin banyak juga rezeki di tahun depan.
0 Komentar