Di tengah pandemi Covid-19 yang
melemahkan semua sektor industri dan juga melemahkan ekonomi secara nasional,
sektor pertanian justru moncer dan menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan
ekspor secara (YoY)
Data BPS menyebutkan bahwa ekspor
pertanian tetap menunjukan kinerja yang baik pada April 2020 dengan nilai US$
0,28 miliar atau tumbuh sekitar 12,66 persen dibandingkan periode yang sama di
tahun 2019 year on year (YoY).
Kepala Badan Pusat Statistik
(BPS) Suhariyanto dalam keterangan persnya menjelaskan bahwa pada periode
Januari-April 2020, ekspor non migas Indonesia didominasi oleh eskpor lemak dan
minyak hewan atau nabati sebesar US$6,25 miliar atau 12,24 persen.
"Ini merupakan signal
positif dan menjadi angin segar dimana pertanian dan olahannya memperlihatkan
pertumbuhan yang positif," ujar Suhariyanto dikutip dari lansiran Tempo.
Suhariyanto menegaskan sektor
pertanian memiliki peran yang cukup besar terhadap kinerja ekspor nasional.
Selain itu, upah nominal buruh tani juga mengalami kenaikan. Tercatat secara
Month on Month (MoM) upah nominal pada April 2020 naik sebesar 0,12 persen dari
bulan sebelumnya 55,254 menjadi 55,318.
"Namun untuk upah rill
cenderung stabil dikisaran 52,214 dan tidak terjadi perubahan yang
signifikan," jelas Suhariyanto dikutip dari lansiran Tempo.
Suhariyanto mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan inflasi pada bulan Mei cukup rendah di angka
0,07%. Kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi permintaan pangan untuk Hari
Raya Idul Fitri menjadi salah satu faktornya.
“Salah satu faktornya pemerintah
sudah bersiap siap jauh-jauh hari sehingga pasokan pangan pada Mei ini relatif
terjaga,” ujar Suhariyanto dikutip dari lansiran Okezone.
Suhariyanto menjelaskan lebih
lanjut bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga turut
mempengaruhi aktifitas ekonomi yang membuat turunya permintaan akan barang,
diakibatkan pendapatan masyarakat yang menurun, sehingga daya beli masyarakat
ikut menurun.
“Ini yang menyebabkan banyak
terjadi penurunan permintaan pada bulan Mei di satu sisi dari sisi supply
banyak terjadi perlambatan produksi karena PSBB bahan baku dan melemahnya
permintaan,” papar Suhariyanto dikutip dari lansiran Okezone.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut
Pertanian Bogor (IPB) Prof Muhammad Firdaus juga menegaskan bahwa kondisi
ketersediaan pangan pokok nasional secara kumulatif mencukupi meskipun
sebarannya belum merata.
Firdaus menegaskan bahwa setiap
wilayah memiliki keunggulan dan kapasitas produksi yang berbeda. Namun, yang
terpenting adalah ketersediaan secara agregat nasional harus mencukupi.
Sehingga, perlu penataan kembali sistem distribusi nasional untuk mengurangi disparitas
harga antar-wilayah.
Di lain kesempatan, Menteri
Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjamin ketersediaan pangan khususnya
11 komoditas pangan dasar harganya stabil dan stoknya pun aman. Berbagai
terobosan telah disiapkan untuk menjamim stok dan kelancaran distribusi pangan
ke masyarakat.
"Makanya saya masih harus
turun untuk memberikan dukungan agar petani makin kuat menjaga alur-alur
ketersediaan pangan," Pungkas Syahrul dikutip dari lansiran Katadata.
0 Komentar