Source: Shutterstock.com |
Membicarakan Nusa Tenggara Timur
(NTT) tidak bisa lepas dari Pulau Komodo dan hewan Komodo sebagai penghuninya.
Namun, selain Pulau Komodo, masih banyak tempat wisata lain yang masih layak
untuk dikunjungi di NTT, yaitu Gunung Kelimutu.
Gunung Kelimutu adalah gunung
berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT. Lokasi gunung ini tepatnya
berada di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
Memiliki tinggi 1.639 meter
(5.377 kaki), Gunung Kelimutu terakhir meletus pada tahun 1886. Nama Kelimutu
merupakan gabungan dua frasa yakni “keli” dan “mutu” yang artinya mendidih.
Source: Pos Indonesia |
Gunung ini memiliki tiga buah
danau kawah di puncaknya yang disebut danau Tiga Warna karena memiliki tiga
warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna
tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. Panorama dari
danau Tiga Warna gunung Kelimutu ini pernah diabadikan dalam uang rupiah
pecahan Rp 5.000 yang rilis pada 1992 dan prangko pada 2008.
Menyambangi kawasan Kelimutu untuk
menyaksikan danau Tiga Warna-nya tidaklah mudah, butuh perjuangan dan dana
ekstra. Dilansir GNFI dari buku TEMPO: Hikayat 45 Danau Indonesia, dari Jakarta
ke Kelimutu via Ende lama penerbangan bisa sampai 6-18 jam dengan harga tiket
pesawat Rp 1,3-2,5 juta. Setelah menggunakan pesawat, disambung lagi dengan
perjalanan darat memakai mobil dari Ende ke Kelimutu. Lamanya perjalanan bisa
2-3 jam dengan biaya sewa mobil plus supir Rp 700 ribu per hari.
Kilas Sejarah dan Penamaan Danau Tiga Warna
Danau Kelimutu ditemukan pertama
kali pada 1915 oleh orang Belanda keturunan Lio bernama Van Such Telen.
Kemudian pesonanya semakin dikenal setelah Y. Bouman melukiskannya dalam
tulisan pada 1929.
|
Sejak saat itu, tidak hanya
wisatawan yang berdatangan, tetapi juga ilmuwan yang ingin meneliti kejadian
langka dari bergonta-gantinya warna Danau Tiga Warna Gunung Kelimutu yang
terbilang langka tersebut. Pada 26 Februari 1992, Kelimutu ditetapkan menjadi
Kawasan Konservasi Alam Nasional.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
terdapat tiga danau di Gunung Kelimutu. Tiga Danau itu memiliki nama di mana
masing-masing dipercaya oleh masyarakat setempat memiliki kekuatan magis,
berikut uraian namanya:
Tiwu Nuwa Muri Koo Fai: Tempat
berkumpulnya jiwa-jiwa muda yang telah meninggal
Tiwu Ata Polo: Tempat
berkumpulnya jiwa-jiwa orang meninggal yang selama hidupnya melakukan kejahatan
Tiwu Ata Mbupu: Tempat
berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal
Perubahan Warna Danau, Tanda Virus Corona Berakhir?
Ende-Kelimutu menjadi andalan
utama pariwisata Ende. Apalagi cerita seputar misteri di balik keajaiban danau
ini telah menyebar ke seluruh dunia, sehingga wisatawan berbondong-bondong
menyambangi Kelimutu setiap tahunnya.
Source: Commons Wikimedia/Michael Day |
Kampung Moni merupakan kampung terdekat
menuju danau Kelimutu. Letaknya berada di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru,
Kabupaten Ende, NTT, dengan jarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Tak heran
dari Moni hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk mencapai bibir danau Tiga
Warna Kelimutu.
Pada bulan Mei 2020, Danau
Kelimutu kembali berubah warna. Perubahan seperti ini, sebenarnya sering
terjadi setiap tahun. Ketua Forum Komunitas Adat Penyangga Danau Kelimutu,
Yohanes Don Bosco Watu menjelaskan perubahan air Danau Kelimutu yang terjadi
pada pertengahan bulan Mei sebagai pertanda akan terjadi perubahan alam yang
besar di bumi.
Yohanes pun mengaitkan itu dengan
virus corona atau Covid-19 yang tengah mewabah di sejumlah daerah di Indonesia.
"Nah, yang kita hadapi saat ini adalah pandemi Covid-19. Wabah ini akan
segera berakhir. Itu yang diprediksi masyarakat adat setempat," tutur
Yohanes seperti dilansir GNFI dari Media Indonesia.
Menurutnya, saat ini, air Danau
Tiwu Ata Bupu dari sebelumnya warna hijau muda berubah menjadi hijau tua. Tiwu
Ata Polo berubah dari hijau menjadi hijau kebiruan dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai
berubah dari dari biru kehijauan menjadi biru muda. Baginya, perubahan warna
air di ketiga danau ini menandakan akan terjadi sesuatu yang baik berskala
lokal, nasional dan internasional.
"Ini memang dikaitkan dengan
mitos, tetapi masyarakat meyakini akan terjadi perubahan besar. Saya
memprediksikan wabah Covid-19 segera berakhir," tambahnya.
Source: Commons Wikimedia/Rosino |
Sebelumnya pada awal tahun 2019
ketika wabah Covid-19 belum muncul dan menggila di seluruh dunia, danau
Kelimutu juga pernah berubah warna. Saat itu Yohanes meyakini akan terjadi
peristiwa besar di Indonesia pada masa yang akan datang. "Itu menjadi
tanda bahwa akan terjadi sesuatu hal di masa mendatang entah itu kerusuhan atau
pun kematian maupun bencana alam yang bakal menimpa bangsa Indonesia,"
kata Yohanes pada 2019 lalu, dikutip GNFI dari Kupang Tribunnews.
Yohanes Watu yang juga Mosalaki
Tana Mau Gadho Woloara Kelimutu ini juga mencontohkan pada 1992 sebelum terjadi
bencana gempa bumi dahsyat yang meluluhlantakkan sebagian Pulau Flores, sebulan
sebelumnya telah terjadi perubahan warna di Danau Kelimutu.
Lalu pada 1998 sebelum kejatuhan
Soeharto, ketiga danau tersebut sempat berubah warna di awal tahun. Masyarakat
setempat memprediksikan akan terjadi perubahan besar di negeri ini. Selanjutnya
pada 2014, sebelum pemilu presiden, Danau Kelimutu sempat beberapa kali berubah
warna.
"Kami memprediksikan akan
ada peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, ternyata pergantian presiden
berlangsung aman tanpa gejolak," pungkasnya.
1 Komentar
3warna
BalasHapusMantap