Source: Unsplash.com |
Pandemi yang tengah menimpa Indonesia, ternyata membawa kabar baik bagi laut. Saat ini sampah di masa pandemi terindikasi
menurun. Kondisi saat ini membuat semua orang terpaksa berkerja, belajar, dan
beribadah dari rumah sehingga penggunaan plastik menjadi berkurang.
Sampah plastik yang biasa menjadi
masalah di perkotaan, pada saat ini dikatakan turun sampai 10%. Menurut
Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, penurunan sampah di kota-kota, seperti
Jakarta, Surabaya maupun Bukit Tinggi mengalami penurunan hingga 10%. Sedangkan
di Bekasi, Tangerang, dan Depok juga mengalami penurunan akan tetapi tidak
terlalu signifikan.
Babak berikutnya adalah sampah
pada saat ini terbagi menjadi 2 konsentrasi besar, yaitu sampah infeksius yang
berasal dari rumah sakit, puskesmas, maupun wisma atlet di Jakarta, serta
sampah rumah tangga yang memang sudah menjadi problematika setiap tahun.
LIPI menyebutkan bahwa
ditemukannya sampah masker medis, yaitu masker sekali pakai yang terdapat di
sungai. Hal ini bisa terindikasi bahwa akan ada pencemaran laut oleh sampah
dari daratan.
Pengemasan dengan plastik yang
dilakukan guna mengirimkan barang dari e-commerce juga bisa menjadi hal yang
menyebabkan membludaknya sampah plastik. Meningkatknya frekuensi jual-beli
online, menyebabkan adanya indikasi bahwa adanya sampah plastik akibat dari
pengiriman akan melonjak tajam dan belum bisa banyak di tangani karena
merupakan sampah sekali pakai.
Laut kita sekarang sudah menjadi
tempat pembuangan sampah terbesar di seluruh dunia. Indonesia pernah menduduki
peringkat ke-2 setelah China untuk penyumbang sampah terbanyak ke lautan tahun
2018.
Risiko kerusakan terumbu karang
22 kali lebih berbahaya yang disebabkan oleh sampah plastik. Rilis dari
Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI), para pelaku usaha melaporkan
bahwa berkurangnya wisatawan di wilayah wisata menyebabkan pelaku ilegal
fishing kembali marak di perairan dan sekitarnya, termasuk juga kawasan taman
nasional.
Destruktif fishing meningkat
diakibatkan tidak ada aktifitas atau rutinitas di titik selam. Pekerja
pariwisata yang saat ini tidak ada kegiatan mayoritas kembali ke laut untuk
menangkap ikan hias dan diperjualbelikan.
Sampah yang memungkinkan menjadi
pencemar laur antara lain masker sekali pakai, sarung tangan plasik, alat
pelindung diri, dan plastik kemasan makanan.
Melihat keadaan ini, Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lantas menurunkan surat edaran, yaitu SE
MENLHK Nomor 2 tahun 2020 tentang Pengelolaan limbah infeksius dan sampah rumah
tangga dari penanganan Covid-19, yang bertujuan untuk mendiskresi sampah dan
membuat minimum requirement di kala masa pandemi ini, agar masalah sampah
teratasi dengan baik.
Tantangan yang akan kita hadapi adalah terjadinya pencemaran pesisir dan laut yang diakibatkan oleh beberapa hal. Antara lain pengelolaan limbah domestik yang di buang ke sungai dan mengalir ke laut, pengelolaan limbah infeksius rumah tangga, dan pengemasan pengiriman barang yang menggunakan bahan plastik.
Tidak hanya jenis sampah di atas,
limbah cair juga melonjak di masa pandemi ini, seperti desinfektan dan hand
sanitizer. Akan tetapi, ternyata ada juga pengurangan limbah yaitu dari
kegiatan wisata pantai dan hotel di daerah pantai.
Sesuai dengan tujuan pemerintah,
yaitu menurunkan sumbangan sampah ke laut sebanyak 70% pada tahun 2025, sudah
selayaknya kita menjadi masyarakat ikut mendukung dan ikut serta dalam
mewujudkan cita-cita tersebut.
Source: Unsplash.com |
Upaya pengendalian pencemaran
laut oleh sampah terutama sampah plastik yang paling terkecil adalah kita mulai
dengan melakukan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah dan masyarakat perlu
berkorelasi langsung dalam upaya pengendalian ini.
Pemantauan diharapkan bisa
dilakukan secara berkala dan tepat pada saat pandemi ini agar tidak bocor
hingga ke lautan. Teknologi tepat guna juga wajib disosialisasikan agar
penggunaan tidak terlalu memakan banyak anggaran dan cocok digunakan d
itempatnya, seperti penggunaan teknologi robotik yang bekerja sama dengan NGO
maupun perusahaan luar negeri.
Tak lupa koordinasi antar lembaga
pun harus diperkuat agar memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga laut
Indonesia supaya tetap berkelanjutan. Displin diri juga merupakan faktor
penting untuk mengurai rantai penyebaran Covid-19, dan mengurangi penggunaan
plastik yang berguna untuk menjaga keseimbangan laut kita agar tetap terjaga.
Peraturan dan kebijakan-kebijakan
dari pihak terkait adalah point penting yang bisa dijadikan ujung tombak dalam
memerangi sampah-sampah, terutama sampah plastik agar laut kita tetap indah.
Sumber: Good News From Indonesia
0 Komentar