Source: Kincir.com |
Setelah berpuasa selama 30 hari lamanya, umat Muslim
di seluruh dunia bersiap untuk menyambut datangnya hari kemenangan.
Seperti yang kita ketahui pada umumnya, sebagian besar
masyarakat Indonesia menyambut Lebaran dengan tradisi yang serupa mulai dari
mudik, silaturahmi, berziarah, serta tak lupa menyajikan ketupat dan opor ayam
sebagai menu spesial.
Tak hanya itu saja, keberagaman adat istiadat dan
budaya di Indonesia juga melahirkan tradisi unik dari berbagai daerah saat
menyambut lebaran.
Mulai dari tradisi Grebeg Syawal hingga Perang Topat
alias perang ketupat, yang melambangkan rasa syukur serta kerukunan umat
beragama. Berikut tujuh tradisi unik Lebaran di Nusantara.
Grebeg Syawal
Keraton Yogyakarta atau Surakarta umumnya melakukan
pesta Grebeg Syawal. Tradisi yang dilakukan setiap tanggal 1 Syawal ini
,dilangsungkan dengan cara mengarak berbagai gunungan dari hasil bumi seperti
sayuran dan buah-buahan.
Gunungan hasil bumi tersebut terbagi menjadi dua yaitu
Gunungan Kakung dan Gunungan Putri. Gunungan ini menjadi simbol sedekah sultan
kepada rakyatnya.
Gunungan berbentuk kerucut tersebut, kemudian diarak
oleh pengawal keraton dan akan dibagikan pada warga setelah didoakan. Cara
pembagiannya juga unik, bukan dibagi-bagikan secara harafiah, tetapi
diperebutkan oleh warga. Konon, yang bisa mendapatkan bagian dari gunungan ini
akan mendapat kesejahteraan dan berkat.
Tellasan Topak
Ada yang unik dengan perayaan Lebaran yang ada di
Madura, tepatnya di hari ketujuh bulan Syawal. Namanya Tellasan Topak atau yang
disebut juga 'lebaran ketupat.'
Perayaan ini sebenarnya dimaksudkan sebagai ungkapan
rasa syukur dari umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa sunnah enam
hari setelah Idul Fitri. Perayaan ini digelar dengan beragam tradisi seperti Pawai
Dokar Hias dan sebagainya.
Ngejot
Meski Pulau Dewata dikenal dengan penduduk yang
mayoritas memeluk agama Hindu, bukan berarti Bali tak memiliki tradisi unik
untuk menyambut Lebaran.
Umat Muslim di Bali punya tradisi ngejot untuk
merayakan hari kemenangan. Ngejot merupakan tradisi berbagi makanan, minuman,
dan buah-buahan, sebagai wujud terima kasih kepada tetangga-tetangganya tanpa
melihat latar belakang agamanya.
Tradisi yang dilakukan pada setiap tahunnya ini, tak
hanya sebagai ungkapan syukur tetapi juga sebagai simbol kerukunan antarumat
beragama. Sebaliknya, tradisi serupa juga biasanya dilakukan oleh pemeluk agama
Hindu saat hari besar keagamaan Hindu, berlangsung seperti Galungan atau
Kuningan.
Baku Pukul Manyapu
Pada hari ketujuh Lebaran atau yang disebut juga
sebagai 7 Syawal, warga di Desa Mamala dan Morella, Maluku Tengah, melakukan
tradisi Baku Pukul Manyapu.
Tradisi yang juga dikenal sebagai tradisi pukul sapu
ini, dilakukan para pria yang menjadi perwakilan dari masing-masing desa.
Menggunakan lidi dari pohon enau, para pria akan bertarung dengan menggunakan
lidi mereka untuk menyabet badan lawan.
Perang sabet dengan lidi enau yang berlangsung selama
30 menit ini, biasanya akan melukai tubuh peserta dengan guratan di kulit.
Tradisi Tumbilotohe
Tradisi Tumbilotohe dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai malam pasang lampu. Berasal dari bahasa Gorontalo, 'Tumbilo' yang
berarti memasang dan 'Tohe' yang berarti lampu.
Lampu-lampu yang digunakan adalah lampu tradisional
dengan minyak tanah yang disebut sebagai Tohetutu. Dalam perayaan ini, penduduk
setempat akan memasang lampu di halaman rumah, dan jalan menuju masjid sebagai
penanda berakhirnya bulan Ramadhan di Kota Gorontalo.
Dilakukan pada tiga malam terakhir jelang hari raya
Idul Fitri.
Dahulu, festival ini dimaksudkan untuk memudahkan
masyarakat melakukan zakat di malam hari. Kini, tradisi ini menjadi salah satu
acara yang ditunggu-tunggu. Tak hanya lampu dan lentera yang menghiasi kota,
festival Tumbilotohe juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti meriam
bambu dan festival bedug.
Perang Topat
Perang Topat merupakan tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat Lombok pada enam hari setelah Lebaran. Meski disebut Perang Topat
alias perang ketupat, sama sekali tidak tersirat rasa benci di dalamnya.
Malahan, tradisi ini justru melambangkan rasa syukur
serta kerukunan umat beragama di Lombok.
Tradisi ini dilakukan dengan mengarak berbagai hasil
bumi, kemudian dilanjutkan dengan selebrasi saling melempar ketupat antara suku
Sasak dan Bali. Yang menarik, event ini dilakukan di sebuah pura, yaitu Pura
Lingsar di Lombok Barat.
Tradisi Binarundak
Lebaran biasanya identik dengan ketupat, namun berbeda
dengan Sulawesi Utara. Masyarakat di Motoboi Besar memiliki cara unik untuk
merayakan Lebaran sekaligus mempererat tali silaturahmi.
Mereka merayakannya dengan memasak nasi jaha lewat
tradisi Binarundak yang dilakukan tiga hari setelah hari raya Idul Fitri.
Nasi jaha dibuat dari beras ketan, jahe, dan santan
yang dimasukkan ke dalam bambu yang
telah dilapisi daun pisang. Bambu yang berisi nasi jaha tersebut, lalu dibakar
beramai-ramai di lapangan dengan menggunakan sabut kelapa. Setelah nasi
tersebut matang, maka warga sekitar akan memakannya secara bersama-sama sebagai
ungkapan rasa syukur pada Tuhan.
Nah, apa tradisi unik di daerahmu?
0 Komentar